Pagi

Pagi ini terlalu murung bagiku

Bahkan matahari nampak angkuh bersinggungan dengan embun

Sama halnya sikapmu

Yang pagi ini begitu absurb

Ah, semiotika apa hendak kau sampaikan

Di satu waktu yang kusebut merindu

Belum cukupkah waktu yang berjalan

Dijadikan sebuah pembuktian

Bahwa sebuah rasa akan menunjukan jati dirinya

Yang aku ingat, saat itu kita tertawa dan bahagia.

Layaknya bumi yang bahagia menemukan titik orbitnya.

Tapi sekarang, yang aku ingat

kau dan aku hanya diam

aku memikirkanmu, kau memikirkannya.

Langit mendadak kelabu, karena ada yang patah hatinya,

Tapi, aku tahu, hidup tidak hanya sekedar berurusan dengan patah hati

jadi aku akan tetap tertawa dan bahagia, dengan atau tanpamu.